Rape Culture





I
Bibir sedang aku katup-katupkan
Bibir sedang kau katup-katupkan
Bercengkrama.
Sedang mata, lagi ungkai tanda pirsa
Dari romanmu rupa-rupa
Sedang mata, dari seberang melonco-lonco
Menangkapi cembung samar-samar ; buah-buah dada.

II
Kutangkap siul-siul
serempak bunyi klakson kopaja ramai-ramai.
Atau lamunan ambyar di trotoar
Kerana kutu-kutu bau mulut sedang kongkow
Mencopet aman, melontar-lontar sapa ; Sayang manis jelita

III
Adapula
di metromini
kupakai kain sampai paha
tersibak angin, dipelotot nyalang -nyalang
dikata jalang
Adapula
di gerbong kereta berjejal kepala
kupakai kain panjang tak bercelah
tetap resah
kerana belakang digesek-gesek
sedang ada yang merem melek

 IV 
Pabila kau kata, salah buah ranum
atau lekuk - lekuk yang mencolok
musabab ruah-ruah pelecehan
Ironi apalagi
yang kau kata
pada buah -buah mentah
yang dirayah
atau dada-dada datar
kena jarah jemari kasar
selagi rok merah dilucuti
dan dasi tut wuri handayani menjadi saksi 

III
Lantas,
terserukan laknat
Perempuan-perempuan bagai gula-gula
rawan dijilat lalat-lalat menggula
Tiada mulia selama bungkus disingkap.

IV.
Ah. 
Melulu wacana relasi kuasa
antara digdaya-tak berdaya
atau soal
libidomu terlalu manja.

V.
Tengik.

(untuk manusia yang memiliki cara pikir yang melihat perempuan sebagai objek seksual, sehingga kemuliaan didefinisikan dari seberapa dalam buah dada, tubuh, dan selangkangan disembunyikan. Kemudian, cara pikir tersebut diejawantahkan dalam pemakluman bahwa apa yang terbuka boleh diraba ; Rape Culture )

8 Maret 2016
Hari Perempuan Internasional.

Komentar

Posting Komentar